
SEJARAH TERCIPTA! Sergio Ramos Ukir Gol Apik, Inter Milan DITAHAN Monterrey di Piala Dunia Antarklub 2025 Debut Chivu Berakhir Imbang! (1)
Momen Bersejarah di Rose Bowl: Sergio Ramos Bikin Heboh, Inter Terkejut!
Rose Bowl, Los Angeles, menjadi saksi bisu terciptanya sejarah baru di Piala Dunia Antarklub 2025. Debut Cristian Chivu sebagai pelatih Inter Milan di turnamen akbar ini tidak berjalan mulus. Runner-up Liga Champions 2024/25 itu mendapat kejutan telak dari klub Meksiko, Monterrey, dengan ditahan imbang 1-1 pada laga pembuka Grup E, Rabu (18/6) pagi WIB. Hasil ini jelas di luar ekspektasi, mengingat status Inter Milan sebagai salah satu tim unggulan.

Papan skor berubah pada menit ke-25 berkat sosok yang tak asing dengan momen-momen besar: Sergio Ramos! Bek berusia 39 tahun itu, yang kini berseragam Monterrey, menunjukkan kelasnya. Ia berhasil menaklukkan Francesco Acerbi dalam duel udara yang sengit dan menanduk bola masuk ke gawang dari situasi sepak pojok. Gol tersebut bukan hanya sekadar gol pembuka; ini adalah gol keempat Sergio Ramos di ajang Piala Dunia Antarklub, di mana tiga gol lainnya ia cetak saat membela Real Madrid. Lebih dari itu, gol ini menempatkan Sergio Ramos sebagai pencetak gol tertua di ajang Piala Dunia Antarklub, di usia 39 tahun, dua bulan, dan 18 hari. Sebuah rekor fenomenal yang melampaui catatan Javier Zanetti, Nicolas Otamendi, dan Angel Di Maria, yang semuanya mencetak gol saat berusia 37 tahun. Gol tersebut sekaligus membawa Monterrey mencetak gol di 12 dari 13 pertandingan mereka di Piala Dunia Antarklub, menunjukkan konsistensi serangan tim Meksiko ini.
Namun, keunggulan Monterrey tak bertahan lama. Pada menit ke-42, Inter Milan berhasil menyamakan kedudukan lewat skema serangan yang dieksekusi dengan amat rapi. Lautaro Martínez berhasil menyarangkan bola ke gawang, menjadikan skor 1-1 bagi Inter Milan. Gol ini menunjukkan kualitas serangan Nerazzurri yang cepat dan mematikan, serta respons instan terhadap gol kejutan dari Sergio Ramos.
Babak Kedua yang Sengit: Inter Mendominasi, Monterrey Bertahan Kokoh
Pada babak kedua, jalannya pertandingan semakin memanas. Sergio Canales dari Monterrey nyaris mengembalikan keunggulan Los Rayados lewat tembakan keras yang menghantam tiang kiri gawang Yan Sommer. Kiper asal Swiss itu hanya bisa terpaku melihat bola memantul keluar, menunjukkan betapa tipisnya margin dalam pertandingan ini. Lalu, pada menit ke-67, Lautaro Martínez sempat mencetak gol keduanya, namun sayang dianulir karena offside. Momen ini menjadi penyesalan bagi Inter Milan, yang kehilangan kesempatan emas untuk berbalik unggul.
Selepas itu, jalannya pertandingan cenderung dikuasai Inter Milan yang terus menggempur demi meraih kemenangan di debut kepelatihan Chivu. Mereka berusaha keras menciptakan peluang, menguasai bola lebih banyak, dan menekan pertahanan Monterrey. Namun, Monterrey tampil sangat disiplin dalam bertahan, membentuk lini belakang yang kokoh dan sulit ditembus. Kedua tim terlihat kelelahan karena suhu panas yang intens di Los Angeles, yang turut memengaruhi intensitas dan kualitas permainan di menit-menit akhir. Meskipun lebih tertekan, Rayados masih sempat menciptakan sejumlah peluang di menit-menit akhir, menunjukkan semangat juang dan determinasi mereka, meski secara teknis kalah kelas dari Inter Milan di berbagai area di lapangan. Skor 1-1 tak berubah hingga peluit panjang dibunyikan, menandai awal yang kurang ideal bagi Inter Milan di turnamen ini.
Sorotan Pemain dan Dampak Hasil Imbang: Grup E Semakin Panas!
Sergio Ramos layak mendapat pujian sebagai pemain terbaik dalam laga ini. Gol pembuka dari sundulan khasnya membawa Monterrey percaya diri menghadapi lawan sekelas Inter Milan. Selain menyumbang gol, Ramos juga menjadi pemimpin di lini belakang, membantu menjaga gawang Esteban Andrada tetap aman dari gempuran Nerazzurri di babak kedua. Ketangguhan dan ketenangan veteran Spanyol ini menjadi faktor kunci raihan satu poin Rayados, menunjukkan bahwa usianya yang hampir menyentuh 40 tahun bukanlah halangan untuk tampil di level tertinggi.
Di sisi lain, hasil imbang ini menempatkan Cristian Chivu dalam sorotan. Ia menjadi manajer pertama Inter Milan sejak Stefano Pioli pada 2016 yang gagal meraih kemenangan pada laga debutnya, menurut Opta. Ini tentu menjadi tekanan awal bagi pelatih muda tersebut, yang diharapkan bisa membawa Inter Milan meraih kesuksesan besar di turnamen ini.
Melihat hasil ini, masih terlalu dini untuk menilai siapa yang paling dirugikan. Inter Milan, sebagai tim unggulan Grup E, masih punya laga yang di atas kertas lebih mudah melawan Urawa Reds, dan akan menutup fase grup menghadapi River Plate. Sementara itu, River Plate – yang sudah menang di laga pertama – masih harus menghadapi Inter Milan di partai penentuan. Satu poin yang diraih Monterrey bisa menjadi penentu krusial dalam upaya mereka melaju ke fase gugur. Dengan dua pertandingan tersisa di grup ini, segala kemungkinan masih terbuka – seperti biasa, hasil awal bukan jaminan akhir di turnamen seperti ini.
Bagi Monterrey, laga melawan River Plate Minggu (22/6) ini akan menjadi pertandingan hidup-mati. River Plate sendiri sudah mengamankan kemenangan 3-1 atas Urawa Red Diamonds, dan akan mengincar poin penuh demi tiket lolos ke babak selanjutnya. Sementara itu, Inter Milan akan menghadapi tantangan yang lebih ringan di hari yang sama saat berjumpa Urawa Red Diamonds. Pertandingan-pertandingan berikutnya di Grup E dipastikan akan sangat menentukan siapa yang berhak melaju ke fase gugur Piala Dunia Antarklub 2025.