
AC Milan Rela Korbankan Tijjani Reijnders ke Manchester City Rossoneri Siap Lakukan Perombakan Besar-Besaran! (1)
Badai Finansial Menerpa San Siro: Milan Terancam Jual Bintang Demi Bertahan di Puncak FFP!
San Siro sedang bersiap menghadapi musim panas yang penuh gejolak. Badai finansial yang serius kini tengah menerpa AC Milan, dan implikasinya bisa sangat besar. Menurut laporan dari Sempremilan, klub raksasa Italia ini diproyeksikan akan mencatat kerugian bersih sebesar €25 juta untuk tahun keuangan ini, dengan kerugian kotor mencapai angka fantastis €105 juta. Angka ini sebagian besar disebabkan oleh hilangnya pendapatan sebesar €80 juta akibat kegagalan mereka lolos ke Liga Champions musim depan. Kini, jalan pintas yang paling mungkin untuk menstabilkan kondisi keuangan mereka adalah dengan melakukan penjualan pemain-pemain berharga, dan nama Tijjani Reijnders muncul sebagai target utama Manchester City.
CEO AC Milan, Giorgio Furlani, dan Direktur Olahraga yang akan datang, Igli Tare, akan memiliki satu fokus utama di musim panas: meningkatkan pendapatan klub setelah kampanye 2024/25 yang mengecewakan. Untuk mengatasi situasi keuangan yang pelik ini, Milan memiliki tiga opsi utama. Pertama, menjual pemain bernilai tinggi seperti Tijjani Reijnders atau Rafael Leao. Kedua, berharap agar pemain-pemain yang saat ini dipinjamkan dengan klausul pembelian dapat dipermanenkan oleh klub peminjam. Dan ketiga, melepas beberapa anggota skuad yang sudah tidak lagi masuk dalam rencana klub.

Godaan Manchester City: Berapa Harga yang Cukup untuk Melepas Reijnders?
Manchester City, sang raksasa Inggris, dikabarkan sangat tertarik untuk memboyong gelandang asal Belanda, Tijjani Reijnders. Namun, negosiasi ini tidak akan mudah bagi The Citizens. Milan jelas mengharapkan harga yang sangat tinggi untuk prospek cerah mereka. Klub dikabarkan mempertimbangkan tawaran di atas €68 juta (£57 juta).
Situasi ini semakin rumit mengingat Tijjani Reijnders baru saja menandatangani perpanjangan kontrak pada 3 Maret 2025, yang mengikatnya dengan Milan hingga 30 Juni 2030. Perpanjangan kontrak ini jelas memperkuat posisi tawar Milan dan membuat City harus berjuang lebih keras untuk mencapai kesepakatan.
Jeratan Financial Fair Play: Milan Diharuskan Patuh Sepenuhnya
Masalah keuangan AC Milan tidak berhenti pada kerugian yang diproyeksikan. Rossoneri juga akan keluar dari Perjanjian Penyelesaian yang mereka tanda tangani dengan Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) pada tahun 2022. Setelah itu, Milan harus mematuhi sepenuhnya peraturan Financial Fair Play (FFP) yang baru. Aturan ini menetapkan bahwa kerugian klub tidak boleh melebihi €60 juta selama periode pemantauan tiga tahun.
Ini berarti, dengan kerugian yang sudah diproyeksikan untuk musim ini dan potensi kerugian besar di musim depan akibat absennya Liga Champions, Milan harus sangat berhati-hati dalam mengelola keuangan mereka. Penjualan pemain-pemain kunci, seperti Tijjani Reijnders, bisa menjadi cara tercepat dan paling efektif untuk menyeimbangkan neraca keuangan dan menghindari sanksi dari UEFA.
Pilihan Sulit di Persimpangan Jalan: Mempertahankan Bintang atau Menyelamatkan Keuangan?
Keputusan untuk menjual Tijjani Reijnders akan menjadi dilema besar bagi AC Milan. Di satu sisi, ia adalah salah satu pemain paling menonjol dan berharga di skuad, kontribusinya di lini tengah sangat vital. Kehilangan pemain sekelas dirinya tentu akan mempengaruhi kekuatan tim di lapangan. Namun, di sisi lain, nilai jualnya yang tinggi adalah penyelamat potensial bagi keuangan klub yang sedang terancam.
Bagi para Milanisti, situasi ini tentu menyakitkan. Setelah era kejayaan yang singkat, mereka kini harus menyaksikan potensi eksodus pemain demi menjaga keberlangsungan klub. Pertanyaannya adalah, apakah pengorbanan ini sepadan? Bisakah AC Milan tetap kompetitif di Serie A dan kembali ke panggung Eropa jika harus melepas aset berharga seperti Tijjani Reijnders?
Musim panas ini akan menjadi periode krusial bagi AC Milan. Keputusan-keputusan besar harus diambil, dan dampaknya akan terasa dalam beberapa musim ke depan. Akankah Rossoneri berhasil melewati badai finansial ini dengan mengorbankan salah satu bintangnya, atau mereka akan menemukan solusi lain yang lebih baik? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.