
Chelsea Bangkit dari Kubur, Hajar Real Betis 4-1 dan Angkat Trofi UEFA Conference League! (1)
Dari Ketinggalan Jadi Pesta: Kebangkitan Dramatis Chelsea di Final Wroclaw!
Malam Kamis (29/5) dini hari WIB di Wroclaw, Polandia, akan selalu dikenang dalam sejarah Chelsea. The Blues mengukir tinta emas dengan mengalahkan Real Betis 4-1 di final UEFA Conference League. Ini bukan sekadar kemenangan, melainkan sebuah pernyataan. Tertinggal lebih dulu di menit kesembilan akibat gol cepat Abde Ezzalzouli, yang menerima umpan matang dari Isco, Chelsea tampil lesu dan di bawah standar di babak pertama. Para penggemar pasti bertanya-tanya, “Ada apa ini?” Namun, babak kedua menyajikan kebangkitan yang luar biasa, mengubah nasib mereka dari nyaris kalah menjadi juara!
Sosok sentral di balik comeback epik ini tak lain adalah sihir dari kaki dingin Cole Palmer. Pemain muda sensasional ini menjadi kunci kemenangan dengan mengkreasikan dua gol brilian untuk Enzo Fernandez dan Nicolas Jackson. Momentum kemenangan semakin tak terbendung setelah Jadon Sancho dan Moises Caicedo memastikan keunggulan menjadi 4-1. Gol-gol ini tercipta di 25 menit terakhir pertandingan, menunjukkan perubahan drastis setelah manajer Enzo Maresca melakukan penyesuaian strategi brilian, termasuk memasukkan kapten Reece James sebagai bek kanan inverted. Sebuah keputusan yang mengubah jalannya pertandingan!

Chelsea Mengukir Sejarah: Raja Trofi UEFA dan Pematah Dominasi Spanyol!
Kemenangan di Conference League ini bukan hanya sekadar trofi biasa bagi Chelsea. Ini menandai sejarah baru bagi mereka sebagai tim pertama yang berhasil memenangkan semua trofi klub UEFA yang pernah ada: Liga Champions, Liga Europa, Conference League, Piala Super UEFA, dan bahkan Piala Winners yang sudah tidak ada lagi. Sebuah koleksi yang lengkap dan nyaris mustahil disamai oleh klub lain!
Tak hanya itu, Chelsea juga berhasil mengakhiri dominasi tim-tim Spanyol di final kompetisi Eropa. Mereka menjadi tim asing pertama yang mengalahkan tim Spanyol di final Eropa sejak tahun 2002. Ini adalah bukti nyata bahwa Chelsea adalah kekuatan yang patut diperhitungkan di kancah Benua Biru.
Kemenangan ini menegaskan dominasi Chelsea di Conference League musim ini, setelah mencetak total 41 gol dalam 14 laga sebelum final. Berbeda dengan pemenang sebelumnya seperti AS Roma atau West Ham United, final ini mungkin bukan “laga terbesar” dalam sejarah Chelsea, namun tetap menghasilkan trofi pertama mereka sejak tahun 2022. Sebuah penantian yang terbayar lunas.
Kecerdasan Taktis Enzo Maresca dan Kepemimpinan Reece James
Enzo Maresca, di musim pertamanya sebagai manajer Chelsea, membuktikan kecerdasan taktisnya. Ia mengambil keputusan berani dengan memainkan tim terkuatnya, mempertahankan enam pemain dari kemenangan penting atas Nottingham Forest di liga. Keputusan ini kontras dengan kebiasaannya mengganti seluruh tim di laga-laga Eropa lainnya, menunjukkan betapa seriusnya ia menganggap Real Betis sebagai lawan. Keberaniannya terbayar tuntas!
Kapten Reece James, yang masuk sebagai pemain pengganti dan mengubah dinamika pertandingan, berbicara kepada TNT Sports dengan penuh kelegaan. “Ini perasaan yang luar biasa. Seiring berjalannya pertandingan, kami semakin bersemangat dan untungnya kami mencetak empat gol di babak kedua,” ujarnya. Ia juga menegaskan ambisi klub: “Memasuki kompetisi ini adalah sesuatu yang harus kami menangkan. Musim depan, kami akan kembali ke Liga Champions.”
Mengenai keputusannya tidak menjadi starter di final, Reece James menunjukkan profesionalisme tinggi. “Tentu saja sangat menyakitkan mengetahui bahwa Anda tidak menjadi starter di final. Saya ingin bermain di setiap pertandingan, tetapi itu adalah keputusan manajer. Begitu dia membuat keputusan, saya harus terus maju dan menerimanya, serta siap saat dibutuhkan.” Ini adalah mentalitas seorang kapten sejati.
Ia juga mengungkapkan pesan di babak pertama: “Saya pikir di babak pertama kami bermain datar. Pertandingan tidak berjalan sesuai keinginan kami di awal dan tampaknya kami harus bekerja keras. Kami membutuhkan reaksi di babak kedua dan kami berhasil.” Sebuah panggilan bangun yang efektif!
Statistik Menarik dan Prospek Masa Depan
Fakta menarik lainnya: pemain tertua dalam starting XI Chelsea malam itu adalah Marc Cucurella yang berusia 26 tahun. Mereka menjadi tim kedua yang memulai final UEFA tanpa pemain berusia 27+ di starting XI, setelah Crvena zvezda melawan Borussia Monchengladbach di final Piala UEFA 1978/79. Ini menunjukkan keberanian Maresca dalam mempercayakan pemain muda.
Abdessamad Ezzalzouli, meskipun timnya kalah, berhasil mencetak gol di kedua leg semifinal dan di final Liga Konferensi Eropa musim ini, menunjukkan ketajamannya. Sementara itu, Cole Palmer mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai pemain pertama yang memberikan assist dua kali di final kompetisi besar Eropa sejak Marcelo untuk Real Madrid melawan Liverpool di Liga Champions UEFA 2017/18. Dan Enzo Fernandez, berusia 24 tahun 131 hari, menjadi kapten termuda kedua yang pernah memimpin klub Inggris memenangkan final besar Eropa, sedikit lebih tua dari Bobby Moore di Piala Winners 1964/65 untuk West Ham.
Kekalahan ini menjadi pukulan telak bagi Real Betis, yang tampil di final Eropa pertama mereka. Meski unggul di babak pertama, mereka gagal mempertahankan momentum.
Dengan trofi Conference League di tangan, Chelsea akan memulai kampanye Piala Dunia Antarklub pada pertengahan Juni 2025 di Amerika Serikat. Mereka juga akan kembali ke Liga Champions musim depan setelah mengamankan tempat di hari terakhir Liga Primer. Sementara itu, Real Betis harus bangkit dari kekecewaan ini dan fokus untuk mempersiapkan musim LaLiga 2025/26. Selamat untuk Chelsea, sang juara baru Eropa!