Giuseppe Meazza Bergetar: Awal Mula Pertandingan Penuh Drama
Giuseppe Meazza bergemuruh! Di bawah sorot lampu yang menyorotkan intensitas tinggi, Inter Milan baru saja menuliskan babak paling mendebarkan dalam perjalanan mereka di Liga Champions musim ini. Setelah bermain imbang 3-3 yang menegangkan di leg pertama, Nerazzurri menunjukkan mental baja dan kualitas permainan luar biasa untuk mengalahkan Barcelona dengan skor 4-3 dalam leg kedua semi-final yang epik, Rabu (7/5) dini hari WIB. Agregat akhir 7-6 memastikan satu tiket final Liga Champions melayang ke kota Milan!
Pertandingan yang disaksikan jutaan pasang mata di seluruh dunia ini menyajikan drama yang sulit dipercaya. Inter, yang tampil di hadapan pendukung fanatiknya, memulai laga dengan agresif. Lautaro Martinez, sang kapten yang sempat diragukan tampil akibat cedera, membuka keunggulan pada menit ke-21. Gol berawal dari kecerdikan Federico Dimarco merebut bola di lini tengah, diteruskan dengan umpan terukur Denzel Dumfries yang dengan tenang diselesaikan oleh El Toro.
Keunggulan Inter semakin menjauh menjelang turun minum. Insiden di kotak penalti Barcelona, di mana Pau Cubarsi dianggap melanggar Martinez, berbuah hadiah tendangan 12 pas. Keputusan wasit sempat memicu perdebatan, namun tinjauan VAR mengonfirmasi pelanggaran tersebut. Hakan Calhanoglu tampil dingin sebagai algojo, mengirim bola ke sisi yang berlawanan dengan arah gerak kiper Barcelona, menjadikan skor 2-0 untuk tuan rumah. Barcelona tampak limbung di babak pertama, beruntung memiliki Marc-Andre ter Stegen yang sigap menepis beberapa peluang Inter lainnya.
Barcelona Bangkit, Drama Babak Kedua Memanas
Namun, Barcelona bukanlah tim yang mudah menyerah. Di babak kedua, semangat juang Blaugrana membara. Eric Garcia memperkecil ketertinggalan pada menit ke-54 melalui gol voli spektakuler, memanfaatkan umpan silang akurat dari Gerard Martin. Hanya berselang enam menit, Dani Olmo menyamakan kedudukan melalui sundulan terarah, mengubah agregat menjadi imbang 5-5 dan membuat tensi pertandingan semakin meninggi. Inter tampak tertekan oleh gelombang serangan balik Barcelona yang kini bermain dengan lebih terbuka dan agresif.
Drama mencapai puncaknya di menit-menit akhir waktu normal. Pada menit ke-88, Raphinha membawa Barcelona berbalik unggul. Tembakannya dari luar kotak penalti sempat ditepis oleh Yann Sommer, namun bola liar kembali jatuh ke kakinya dan dengan dingin ia menceploskannya ke gawang. Skor 3-2 untuk Barcelona dan agregat 6-5 seolah-olah mengunci kemenangan bagi tim tamu. Bahkan, Lamine Yamal nyaris mengubur harapan Inter andai tembakannya tidak membentur tiang gawang.
Keajaiban Meazza dan Babak Tambahan yang Menegangkan
Akan tetapi, keajaiban Meazza terjadi di menit ke-93! Bek veteran Francesco Acerbi, yang tampil solid sepanjang laga, mencetak gol pertamanya di Liga Champions melalui sebuah tembakan keras dari dalam kotak penalti, memanfaatkan umpan matang dari Dumfries. Skor 3-3 dan agregat 6-6 memaksa pertandingan dilanjutkan ke babak tambahan waktu.
Di babak tambahan, Inter kembali menunjukkan mental pemenang mereka. Pada menit ke-99, Davide Frattesi, yang masuk sebagai pemain pengganti, menjadi pahlawan tak terduga. Menerima umpan cerdik dari Mehdi Taremi, Frattesi dengan gerakan tipu yang memukau mengecoh Cubarsi dan melepaskan tembakan melengkung yang tak mampu dijangkau Ter Stegen. Skor 4-3 untuk Inter dan agregat 7-6!
Barcelona berusaha keras untuk membalas di sisa waktu babak tambahan. Robert Lewandowski dan Yamal memiliki beberapa peluang emas, namun penampilan gemilang Sommer di bawah mistar gawang Inter menjadi tembok kokoh yang sulit ditembus. Hingga peluit panjang berbunyi, skor 4-3 untuk Inter tetap bertahan, memastikan Nerazzurri melaju ke final Liga Champions yang akan digelar di Munich!
Analisis Pertandingan dan Dampak Hasil
Kemenangan yang Mengukuhkan Status Inter di Eropa
Keberhasilan Inter menyingkirkan Barcelona, salah satu raksasa sepak bola Eropa, semakin mengukuhkan status mereka sebagai kekuatan utama di kompetisi tertinggi antarklub Benua Biru musim ini. Setelah menunjukkan perlawanan sengit di Camp Nou pada leg pertama, Inter membuktikan karakter dan kedalaman skuad mereka di kandang sendiri. Absennya Benjamin Pavard dan cedera Martinez di awal leg pertama mampu mereka atasi dengan soliditas tim dan taktik cerdas dari Simone Inzaghi. Performa heroik Acerbi dan Frattesi, ditambah penyelamatan-penyelamatan krusial dari Sommer, menjadi kunci utama keberhasilan Inter.
Barcelona Harus Kembali Berbenah
Bagi Barcelona, kekalahan ini menjadi pukulan telak bagi ambisi mereka di Eropa. Meskipun menunjukkan semangat pantang menyerah dan mampu bangkit di babak kedua, kelemahan dalam menjaga konsistensi, terutama di laga tandang krusial, kembali menjadi batu sandungan. Absennya pemain kunci seperti Jules Kounde dan performa yang kurang solid dari lini belakang, terutama Gerard Martin yang kesulitan mengantisipasi pergerakan Dumfries, menjadi faktor penting dalam kekalahan mereka. Hansi Flick memiliki pekerjaan rumah besar untuk membenahi lini pertahanan timnya agar lebih solid di kompetisi Eropa musim depan.
Perbedaan Taktik yang Menentukan
Pertandingan ini juga menjadi cerminan perbedaan pendekatan taktis antara kedua tim. Inter di bawah arahan Simone Inzaghi tampil dengan disiplin tinggi dan sangat efektif dalam melakukan transisi cepat dari bertahan ke menyerang. Sementara itu, Barcelona asuhan Hansi Flick lebih mengandalkan serangan balik dan kreativitas individu dari pemain-pemain muda seperti Yamal. Kemenangan Inter membuktikan bahwa pengalaman, kedisiplinan taktik, dan ketangguhan mental di momen-momen krusial seringkali menjadi pembeda di panggung sebesar Liga Champions.
Emosi Martinez dan Pengakuan Flick
Lautaro Martinez, dalam wawancaranya setelah laga, mengungkapkan betapa emosionalnya ia menghadapi pertandingan ini. Kekhawatiran cedera yang dialaminya di leg pertama sempat membuatnya putus asa. Namun, berkat kerja keras tim medis Inter dan tekadnya yang kuat, ia mampu tampil dan bahkan mencetak gol pembuka yang krusial. Air mata haru Martinez saat berbicara kepada media menunjukkan betapa besar arti kemenangan ini baginya dan tim.
Di sisi lain, Hansi Flick mengakui kekecewaan mendalam atas kekalahan timnya. Meskipun demikian, ia tetap memberikan pujian kepada para pemainnya yang telah memberikan segalanya di lapangan. Flick juga mengakui kekuatan lini serang Inter dan pengalaman yang dimiliki para pemain mereka. Ia melihat potensi besar dalam skuad muda Barcelona dan yakin timnya akan terus berkembang di masa depan. Sportivitas Flick juga terlihat saat ia mengucapkan selamat kepada Inter atas keberhasilan mereka melaju ke final.
Statistik Mencengangkan di Balik Laga Epik
- Lautaro Martinez kini sejajar dengan Hernan Crespo sebagai pemain Inter dengan gol terbanyak dalam satu musim Liga Champions/Piala Eropa (9 gol).
- Barcelona tercatat dua kali kebobolan dua gol di babak pertama dalam lima laga terakhir mereka di semua kompetisi, dan keduanya terjadi saat melawan Inter.
- Gerard Martin menjadi pemain termuda keempat yang mencatatkan dua assist dalam satu laga semi-final Liga Champions sejak Dele Alli pada 2019.
- Raphinha telah terlibat dalam 21 gol Barcelona di Liga Champions musim ini, menyamai rekor kontribusi gol terbanyak dalam satu musim yang dipegang Cristiano Ronaldo.
- Francesco Acerbi mencetak gol pertamanya di Liga Champions di usia 37 tahun, gol yang sangat krusial untuk memaksakan babak tambahan waktu.
- Agregat Inter 7-6 Barcelona menjadi agregat tertinggi kedua dalam sejarah semi-final Liga Champions, menyamai Liverpool vs Roma pada 2017/18.
Langkah Selanjutnya: Final Impian dan Fokus Domestik
Menatap Final di Munich dan Fokus Barcelona di LaLiga
Inter Milan kini akan mengalihkan fokus mereka sepenuhnya ke final Liga Champions di Allianz Arena, Munich. Mereka akan menantang pemenang antara Paris Saint-Germain dan Arsenal dalam laga puncak yang akan digelar pada Minggu (1/6) dini hari WIB mendatang. Ini akan menjadi final kedua Inter dalam tiga musim terakhir, sebuah bukti nyata kebangkitan mereka di kancah sepak bola Eropa.
Sementara itu, Barcelona harus segera bangkit dari kekecewaan ini dan fokus sepenuhnya pada kompetisi domestik LaLiga. Mereka saat ini unggul empat poin dari Real Madrid di puncak klasemen dengan hanya empat pertandingan tersisa. menjaga gelar juara LaLiga akan menjadi prioritas utama bagi Blaugrana di sisa musim ini.
Kemenangan dramatis Inter Milan atas Barcelona akan selalu dikenang sebagai salah satu laga semi-final paling mendebarkan dalam sejarah Liga Champions. Semangat pantang menyerah, mental baja, dan kualitas individu para pemain Inter telah membawa mereka selangkah lebih dekat untuk meraih trofi Si Kuping Besar. Kini, seluruh mata akan tertuju pada Munich, menantikan siapa yang akan menjadi lawan Inter di partai puncak!