Dari Puncak Kejayaan Hingga Pusaran Ketidakpastian: Kisah Victor Osimhen
Victor Osimhen, nama yang seharusnya menjadi incaran utama setiap klub top Eropa, kini justru terjebak dalam pusaran ketidakpastian transfer. Pemain internasional Nigeria ini, yang diharapkan bergabung dengan Real Madrid, PSG, atau beberapa tim Liga Primer Inggris, malah hanya mendapatkan tawaran konkret dari Arab Saudi. Sebuah ironi mengingat performa gemilangnya musim lalu.
Waktu Victor Osimhen di Turki, setelah dipinjamkan ke Galatasaray, tidak bisa berjalan lebih baik lagi dari perspektif olahraga. Pemain Nigeria itu tampil sangat produktif, mencetak 37 gol dalam 41 penampilan di semua kompetisi, sebuah kontribusi besar yang turut membawa Galatasaray meraih gelar ganda domestik, yakni Liga Super Turki dan Piala Turki. Biasanya, klub-klub top Eropa akan antre untuk menandatangani No.9 yang begitu produktif, terutama karena sangat sedikit penyerang yang terbukti di pasar saat ini. Namun, pada saat artikel ini ditulis, hanya Al-Hilal yang telah menyatakan minat konkret untuk memboyong penyerang milik Napoli tersebut. Klub Arab Saudi itu bahkan bersedia menjadikannya salah satu pemain dengan bayaran tertinggi di planet ini, sebuah godaan finansial yang nyaris mustahil ditolak.
Jadi, apa yang sebenarnya terjadi dengan Victor Osimhen? Mengapa seorang penyerang kelas dunia yang secara terbuka bermimpi bermain di Liga Primer Inggris tampaknya tidak punya pilihan lain selain pindah ke Timur Tengah? Dan mengapa, di tengah tawaran menggiurkan tersebut, ia masih begitu enggan melakukannya? Misteri ini menyelimuti masa depan salah satu striker paling tajam di Eropa.
Kontrak ‘Win-Win’ yang Berujung Buntu: Impian Liga Premier dan Klub Elite Eropa
Napoli tahu bahwa Victor Osimhen ingin pergi sejak musim panas 2023. Oleh karena itu, bersama dengan pemain dan perwakilannya, mereka akhirnya membuat sebuah rencana yang dianggap sebagai ‘solusi win-win‘. Osimhen akan menandatangani perpanjangan kontrak yang menguntungkan hingga 2026, tetapi dengan pemahaman bahwa ia sebenarnya akan pergi pada 2024 untuk klub mana pun yang bersedia memenuhi klausul pelepasan senilai €120 juta (£103 juta/$140 juta).
Bagi semua pihak yang terlibat, ini adalah skenario ideal. Napoli akan kembali diperkuat striker yang baru saja membawa mereka meraih gelar Serie A sebelum menjualnya dengan keuntungan besar, memungkinkan mereka untuk berinvestasi kembali pada skuad. Sementara itu, Osimhen akhirnya akan mendapatkan kesempatan yang selalu dia idamkan untuk bergabung dengan salah satu klub elite Eropa, sebuah panggung yang dianggap sepadan dengan ambisinya.
Osimhen bahkan mengungkapkan pada 23 Januari bahwa masa depannya sudah diputuskan. “Saya sudah memutuskan,” katanya kepada CBS Sports saat bertugas internasional di Piala Afrika. “Saya memiliki rencana, saya tahu apa yang ingin saya lakukan, langkah berikutnya yang ingin saya ambil.” Ia juga secara terbuka menyatakan mimpinya: “Saya pikir 60 persen orang menyebutkan rumor tentang saya terkait dengan Liga Primer, dan Liga Primer adalah salah satu liga terbesar di dunia. Tapi saya hanya ingin menyelesaikan musim di Napoli dengan kuat, dan kemudian mengikuti keputusan yang sudah saya buat.”
Hanya tiga hari kemudian, presiden Napoli, Aurelio De Laurentiis, secara efektif mengonfirmasi bahwa Osimhen akan meninggalkan klub pada akhir musim 2023/24. Lebih menarik lagi, produser film tersebut mengungkapkan bahwa pemain asli Lagos itu akan “pergi ke Real Madrid, PSG, atau tim Liga Primer.” Pada dasarnya, tidak ada keraguan dalam pikiran De Laurentiis bahwa seseorang akan bersedia membayar biaya sembilan digit untuk Capocannoniere Serie A musim sebelumnya, yang mencetak 26 gol dalam 32 pertandingan. Namun, 18 bulan kemudian, Napoli masih mencari pembeli dengan harga hampir setengahnya, sebuah fakta yang menunjukkan betapa cepatnya dinamika transfer berubah.
Pintu Tertutup di Santiago Bernabeu dan Parc des Princes: Prioritas yang Berbeda
Keadaan memang tidak berpihak pada Napoli dan Osimhen musim panas lalu. Real Madrid langsung mundur dari persaingan setelah berhasil merekrut superstar Kylian Mbappe. Meskipun kapten Prancis itu pindah ke Santiago Bernabeu secara gratis, raksasa Spanyol itu masih menginvestasikan jumlah uang yang besar pada Mbappe, yang ingin mereka tempatkan sebagai penyerang tengah utama dalam susunan pemain Carlo Ancelotti saat itu. Akibatnya, Madrid sama sekali tidak memiliki cukup ruang untuk Osimhen, baik dalam daftar gaji mereka yang sudah membengkak, maupun dalam lini serangan yang sudah penuh sesak dengan talenta kelas dunia.
Sedangkan untuk Paris Saint-Germain, pelatih Luis Enrique memutuskan bahwa ia tidak memerlukan No.9 lainnya, meskipun ada cedera awal musim pada Goncalo Ramos. Mantan bos Barcelona itu lebih menginginkan pemain sayap, yang sebenarnya juga sudah banyak di skuadnya. Dengan demikian, ia menolak kesempatan untuk menandatangani Osimhen selama musim panas demi membawa mantan rekan setimnya di Napoli, Khvicha Kvaratskhelia, selama bursa transfer musim dingin 2025. Keputusan ini terbukti sebagai pilihan yang terinspirasi, karena lini depan PSG yang fantastis berperan besar dalam perjalanan mereka memenangkan Liga Champions untuk pertama kalinya, menunjukkan bahwa visi Enrique terbukti jitu.
Kegagalan di Liga Primer dan Penolakan Tawaran Saudi: Hubungan yang Merenggang
Kepindahan yang telah lama diperbincangkan ke Liga Primer Inggris hampir saja terwujud pada akhir bursa transfer. Chelsea, meskipun telah mengeluarkan lebih dari £1 miliar untuk pemain dalam beberapa musim terakhir, masih sangat membutuhkan pencetak gol yang andal. Oleh karena itu, tawaran mereka untuk merekrut Osimhen sangat masuk akal, dan itu adalah transfer yang juga akan memungkinkan pemain Nigeria tersebut mengikuti jejak salah satu pahlawan masa kecilnya, ikon Stamford Bridge, Didier Drogba. Namun, kesepakatan yang diusulkan tersebut dilaporkan gagal karena tuntutan gaji Osimhen yang sangat tinggi, yang mungkin melebihi struktur gaji yang ditetapkan Chelsea. Hampir pada saat yang sama, Al-Ahli, klub Arab Saudi lainnya, mencoba meyakinkan Osimhen untuk bergabung dengan mereka.
Ketika agen Kvaratskhelia secara terbuka menyatakan pada November 2023 bahwa Osimhen akan pindah ke Arab Saudi pada musim panas berikutnya, mantan pemain Lille itu bereaksi sangat marah terhadap klaim tersebut. “Untuk Mamuka Jugeli, Anda adalah sepotong sampah dan aib,” tulisnya di Instagram. “Saya malu dengan cara berpikir Anda. Bodoh! JAUHKAN NAMA SAYA DARI MULUT ANDA!”
Meskipun sumber utama kemarahan Osimhen tampaknya adalah orang lain yang ikut campur dalam urusannya, dia juga tampak kesal dengan sugesti bahwa dia lebih memilih pindah ke Arab Saudi yang menguntungkan daripada transfer ke pesaing Liga Champions di Eropa—kecurigaan ini diperkuat oleh agennya, Roberto Calenda, yang kemudian menyatakan bahwa “Victor masih memiliki banyak hal yang harus dilakukan di Eropa.” Ini menunjukkan ambisi besar Osimhen untuk bersaing di level tertinggi sepak bola Eropa.
Meski demikian, dengan waktu yang semakin mepet menjelang penutupan jendela musim panas 2024 dan pilihannya semakin berkurang, Osimhen diduga akhirnya menerima tawaran besar dari Al-Ahli. Namun, klub Arab itu mundur dari kesepakatan setelah Napoli diduga menaikkan harga yang diminta pada menit-menit terakhir, yang sangat mengecewakan sang pemain. Pada titik ini, hubungan kedua pihak telah sepenuhnya hancur, yang berarti tidak ada peluang bagi Osimhen untuk tetap di Stadio Diego Armando Maradona. Terlebih lagi, Napoli telah mendatangkan pemain kesukaan Antonio Conte, Romelu Lukaku, untuk menggantikannya.
Dalam keadaan yang penuh permusuhan seperti itu, peminjaman selama satu musim di Galatasaray merupakan hasil yang dapat diterima bagi pemain dan pihak klub, karena ini memberi mereka semua lebih banyak waktu untuk menemukan solusi jangka panjang untuk masalah bersama mereka. Sayangnya bagi Osimhen dan Napoli, tidak banyak yang berubah—paling tidak untuk sementara ini. Masa depannya masih diselimuti ketidakpastian, dengan pertanyaan besar: akankah ada klub top Eropa yang akhirnya bersedia memenuhi tuntutan harga dan gaji, atau akankah ia terpaksa menerima takdirnya di Timur Tengah?